Naskah kuno merupakan karya tulis dari masa-masa lampu yang menjadi tolak ukur peradaban suatu bangsa. Museum Sonobudoyo memiliki ribuan naskah dalam koleksinya. Rata-rata koleksi naskah pada Museum Sonobudoyo berusia satu hingga dua abad silam. Dari koleksi tersebut terbagi atas koleksi naskah cetak dan naskah tulis atau dikenal dengan istilah manuskrip.
Dengan mengenal dan mempelajari naskah tersebut diharapkan banyak mendapatkan manfaat, informasi dan pengetahuan dari masa lampau. Karena setiap naskah tersebut membawa pesan penting disetiap masanya. Tetapi naskah sangat rapuh secara fisik, terutama naskah manuskrip. Oleh karena itu, sangat penting dalam menjaga kondisi fisik maupun menjaga isi dan nilai-nilai di dalamnya.
Museum Sonobudoyo sebagai penanggung jawab terhadap koleksi naskah yang dimiliki tersebut mencoba hal terbaik demi terjaganya aset budaya dan informasi bangsa ini. Oleh karena itu, digunakanlah teknologi untuk mengalihmediakan naskah-naskah tersebut dalam bentuk digital.
Projek pengalihmediaan seperti ini pernah dilakukan oleh Ford Foundation, tetapi dalam media yang berbeda, mikrofilm. Media yang pada era itu sangat luar biasa. Tetapi sayangnya alat untuk menampilkan dan mengolahnya cukup mahal dan rumit, sehingga kurang bisa dioptimalkan unutk sekarang ini. Sehingga ketika ada tawaran kerjasama dengan Universitas Leipzieg, Museum Sonobudoyo dengan senang hati sangat menerima tawaran tersebut.
Di sponsori oleh Leipzieg, bekerja sama dengan Museum Sonobudoyo, UIN Sunan Kalijaga sebagai pelaksana lokal. Pendigitalisasian naskah ini sebelumnya sudah berjalan di Aceh, Cirebon, dan Solo dengan bantuan tenaga lokal dari masing-masing perguruan tinggi.
Untuk Jogjakarta terdapat tiga tempat yang dilakukan digitalisasi, yaitu: Widya Pustaka Keraton, Balai Bahasa dan Museum Sonobudoyo. Semuanya sudah terlaksana dengan baik.
Untuk proses digitalisasi, manuskrip di scan dengan menggunakan scan naskah yang khusus dibuat untuk scan naskah. Sehingga ketika proses penyecanan tidak merusak naskah dan menghasilkan foto scan yang optimal. Kemudian dikumpulkan dalam folder untuk tiap-tiap judul naskah.
Hasil utuh dari digitalisasi naskah tersebut bisa dinikmati di ruang perpustakaan Museum Sonobudoyo. Hampir 1400an naskah ditampilkan menggunakan komputer, sehingga tidak merusak atau mengganggu benda fisik dari naskah tersebut. Jadi, ketika jika ingin sekedar membaca naskah tidak perlu dengan fisiknya. Cukup melalui komputer yang tersedia di ruang baca naskah. Kecuali memang untuk meniliti secara fisik. yang tentunya dengan ketentuan yang berbeda pula.