Garuda merupakan figur mitologi paling ikonik di Nusantara. Garuda berasal dari akar kata gri yang berarti menelan atau melahap. Dalam kisah mitologi diceritakan bahwa dia merupakan anak dari Kasyapa dan Winata. Garuda merupakan lambang dunia atas atau lambang kelahiran. Garuda merupakan wahana Wisnu, seperti halnya Wisnu yang juga disetarakan dengan matahari, Garuda juga merupakan simbol matahari. Ia sering disebut sebagai Gaganeswara (raja langit) dan Khageswara (raja burung).
Dalam karya seni, Garuda sering digambarkan secara tunggal/otonom maupun penggambarannya bersama dengan figur lain. Garuda paling sering divisualisasikan bersama dengan Wisnu. Representasi Garuda sebagai wahana Wisnu dalam berbagai bentuk karya seni lazim disebut dengan Wisnu Garudanarayanamurti, Wisnu Garudasana, atau Garuda Wisnu Kencana.
Dalam karya seni, Garuda juga digambarkan baik dalam wujud zoomorfik (berbentuk hewan atau memiliki atribut hewan) maupun antropomorfik (berwujud manusia atau memiliki atribut manusia). Dalam wujud zoomorfik, Garuda digambarkan seutuhnya dalam bentuk burung raksasa. Dalam wujud antropomorfik, Garuda digambarkan dalam wujud setengah manusia setengah burung.
Visual Garuda dapat dijumpai dalam berbagai macam bentuk seni atau ornamentasi dari masa Klasik hingga era saat ini. Dalam seni dan ornamentasi, Garuda tidak hanya sekadar memuat nilai estetika visual, tetapi juga makna simbolik. Figur Garuda banyak divisualkan dalam wujud utuh maupun deformasi. Di era modern ini, Garuda atau kisah tentang Garuda banyak dijumpai dalam sinematografi maupun karya sastra baru. Dalam seni arsitektur, Istana Garuda yang berada di Ibu Kota Nusantara pun berasosiasi dengan burung Garuda.
Pada masa Klasik banyak dijumpai objek dengan visualiasasi figur Garuda seperti pada arca perunggu, perhiasan, maupun perlengkapan upacara keagaamaan. Visual Garuda juga dijumpai dalam cap atau stempel yang disebut Garudamukha Lancana, sedangkan frasa Garuda dapat dijumpai dalam prasasti seperti prasasti Prasasti Turun Hyang dan Prasasti Talan. Visual Garuda juga dijumpai pada arca maupun relief candi. Salah satu koleksi dari masa Klasik milik museum Sonobudoyo yang terdapat visualisasi Garuda adalah Yoni. Pada umumnya arca maupun relief Garuda berkaitan dengan cerita Garudeya.
Kisah Garudeya merupakan kisah yang diambil dari kitab Adiparwa yang menceritakan antara lain tentang kelahiran Garuda dan Naga, perbudakan Winata, hingga perjuangan Garuda untuk mendapatkan tirta amerta yang diminta oleh Naga guna menebus ibu Garuda dari perbudakan. Narasi cerita Garudeya menyiratkan pesan moral tentang perjuangan seorang anak untuk berbakti kepada ibu. Narasi kisah tersebut juga menyiratkan sifat Garuda yang kuat, tangguh, berani, dan pantang menyerah.
Visual Garuda dapat pula dijumpai dalam beberapa alat penerangan seperti Blencong, sebuah alat penerangan yang digunakan dalam pertunjukan wayang kulit, maupun Dlupak, alat penerangan yang menggunakan minyak kelapa sebagai bahan bakar. Pada periode Islam alat penerangan ini biasanya digunakan sebagai perlengkapan upacara adat maupun sebagai penerangan saat membaca Al-Quran.
Dalam seni batik dijumpai motif Gurdha yang merupakan salah satu bentuk stilasi dari Garuda. Motif Gurdha memiliki bentuk dan pola yang variatif. Motif Gurdha merupakan simbol keperkasaan dan kekuasaan, serta simbol kosmologi yang melambangkan dunia atas jika motif dipadukan dengan motif lain. Batik dengan motif ini juga memiliki filosofi seperti kebesaran dan kemuliaan, kebebasan dan kemasyuran, serta keseimbangan dan harmoni.
Garuda juga dijumpai dalam berbagai bentuk seni pertunjukan baik klasik maupun kontemporer. seperti dalam pertunjukan wayang kulit, wayang wong, dan sendratari. Terdapat lakon yang menceritakan kisah Garuda atau setidaknya figur Garuda ada dalam seni pertunjukan tersebut, seperti dalam tari Pethilan Golek Menak, Garuda Prabawa, Garuda Nuswantara, dan Garuda Wisnu Kencana.
Garuda merupakan figur mitologi yang menjadi inspirasi lambang negara Republik Indonesia. Garuda diusulkan sebagai lambang negara karena Garuda merupakan simbol pengayoman yang sudah lama hidup dalam kebudayaan Nusantara. Segala sesuatu yang melekat pada lambang negara ini memiliki arti atau makna simbolik, seperti jumlah helai bulu yang melambangkan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Perisai yang merupakan simbol perjuangan dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan, serta semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki arti “berbeda-beda tetapi tetap satu”. Garuda Pancasila diresmikan sebagai lambang negara Indonesia pada tanggal 11 Februari 1950 dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat.
Bolodoyo bisa melihat langsung beragam rupa Garuda di AMEX 2024, tepatnya di Gedung Saraswati Museum Sonobudoyo. Pameran ini masih digelar hingga 31 Desember 2024.