Pameran Kain Tradisional Nusantara “Seribu Nuansa Satu Indonesia”

     Museum Sonobudoyo mengikuti Pameran Kain Tradisional Nusantara tahun 2016. Pameran yang bertemakan “Seribu Nuansa Satu Indonesia” ini telah dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Bapak Dr. Hilmar Farid pada Senin, 14 November 2016 di Lobby Kaca Museum Nasional Indonesia Jl. Medan Merdeka Barat No. 12 Jakarta. Pembukaan pameran ini dimeriahkan dengan pertunjukan kesenian Tari Pasambahan dan Tari Ubung. Setelah acara pameran resmi dibuka dilanjutkan dengan mengunjungi pameran. Pameran ini akan berlangsung sejak 14 – 20 November 2016 di Museum Nasional Indonesia Jakarta. Pameran Kain Tradisional Nusantara ini dalam rangka melestarikan kebudayaan nusantara yang diikuti oleh 35 museum provinsi se-Indonesia.

Dalam pameran ini Museum Sonobudoyo memamerkan koleksi kain batik. Berikut kain batik yang di pamerkan Museum Sonobudoyo :

1. Kain Batik Motif Truntum

Motif batik tradisional Truntum ini melambangkan cinta yang bersemi atau bertautnya kembali cinta. Kono motif Truntum ini tercipta tatkala permaisuri Susuhunan Paku Buwono III sedang dilupakan oleh sang suami. Dalam kesedihan karena tidak lagi diperhatikan suami (dilupakan) sang permaisuri mendekatkan diri dan selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa sembari membatik dan terciptalah motif bintang – bintang. Akhirnya ketekunan yang dilambari dengan keheningan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta membuahkan hasil. Cinta sang raja kembali bersemi dan dengan rasa kasih selalu menengok dan memperhatikan sang permaisuri membatik motif. Motif ini kemudian dinamai Truntum yang berarti bertautnya cinta.

2. Kain Batik Motif Kasatrian

Bangunan pokok pada pola ini segi empat dengan satu bulatan di tengahnya. Isi bidangnya terdiri dari pola parang/lereng yang bernuansa Islam, pola nitik bernuansa Budha,simbol – simbol bernuansa Hindu dan tradisional misalnya kawung. Dalam motif ini mengandung nilai – nilai estetis kesatuan, kerumitan dan kesungguhan (greget), disesuaikan dengan masa kini. Motif ini mempunyai makna sebuah pesan agar semua kesatria nusantara (yang berjiwa pemimpin) wajib melindungi budaya luhur yang ada di bumi pertiwi. Biasa dikenakan sebagai kain dalam upacara kirab pengantin sebelum kedua mempelai duduk di kursi pengantin.

3. Kain Batik Motif Sido Mukti

Motif batik Sido Mukti gaya Yogyakarta berpola semen. Sido berarti menjadi, Mukti berarti Mulia. Motif ini melambangkanharapan hidup dalam kecukupan dan bahagia lahir batin dunia akhirat. Biasa dikenakan oleh pengantin pada upacara ijab qobul dan panggih.

4. Kain Batik Motif Sido Asih

Sido berarti menjadi, Asih berarti sayang, mengasihi. Motif ini melambangkan harapan hidup bersama dalam rasa saling menyayangi, mengasihi dikala suka dan duka dengan lambaran taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana Sido Mukti, Sido Asih juga dikenakan oleh pengantin disaat upacara panggih dan ijab qobul.

 

Komentar

Artikel Terkait

Lebih Banyak