Sana Budaya: Dari Orientalisme Hingga Nasionalisme 3

Pada masa itu, muncul pertanyaan besar di benak dari orang-orang Belanda mengenai orang Jawa. Bagaimana orang Jawa yang dikenal memiliki latar kebudayaan Hindu-Budha serta kejawen tersebut, dapat memobilisasi dan dimobilisasi secara massif dengan ideologi Islam. Pertanyaan itu baru dapat dipahami jika ada pengkajian secara ilmiah dan mendalam mengenai masyarakat Jawa. Pemahaman tentang bahasa yang terbatas pada para penerjemah kolonial saja tidak cukup, karena pemahaman bahasa Jawa harus menjadi bagian dari keterampilan seluruh pejabat colonial. 

Menurut Gericke, seorang penginjil Eropa dari Organisasi Penginjil Hindia Belanda mengatakan bahwa situasi ‘hanya memahami bahasa Jawa’ semacam itu masih belum cukup. Ia juga menasihatkan dengan sebuah pertanyaan yang sangat mendasar, “Bagaimana dapat menguasai sebuah koloni yang besar jika mereka tidak paham sejarah dan kebudayaan mereka?”, dan juga sikap frontal masyarakat Jawa terhadap para kolonial dapat disebabkan oleh kecenderungan orang-orang Eropa yang mengabaikan atau bahkan merusak tatanan kebudayaan masayrakat Jawa yang mereka miliki dan hormati.

Serat Suryoalam, Nawala Pradata Dalem, Hangger-Hanggeran, Hangger Ageng, Hangger Sadasa, Manikmaya, Ambiya, Dewaruci, Harjuna Wiwaha, Harjuna Sasrabahu, Papawi Ki Ageng Sela, Wulang Reh. Judul-judul berikut merupakan beberapa judul naskah penting kala itu, yang bahkan sama sekali tidak pernah dipahami oleh orang-orang Belanda. Oleh karenanya, Gericke menganjurkan agar negara melakukan upaya serius untuk melakukan pengkajian mengenai sejarah dan juga kebudayaan orang pribumi. Dimana yang dimaksud orang pribumi ialah semua orang, sehingga tidak hanya orang Jawa, dengan begitu akan dapat diciptakannya suasana dan kondisi sosial politik yang harmonis.

 

Komentar

Artikel Terkait

Lebih Banyak