Di Yogyakarta, tradisi pasaran Jawa masih sangat kental dan memengaruhi aktivitas perdagangan, terutama di pasar-pasar tradisional yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Salah satu pasar yang paling terkenal dan masih beroperasi sesuai dengan sistem pasaran Jawa adalah Pasar Legi Kotagede.
Pasar Legi Kotagede dan Hari Pasaran Legi
Pasar Legi Kotagede merupakan pasar tertua di Yogyakarta yang berdiri sejak abad ke-16, bahkan sebelum berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Nama "Legi" diambil dari salah satu hari pasaran dalam kalender Jawa, yaitu hari Legi, yang menjadi hari paling ramai di pasar ini. Pada hari Legi, aktivitas jual beli di Pasar Kotagede mencapai puncaknya dengan kehadiran pedagang dan pembeli yang jauh lebih banyak dibandingkan hari biasa.
Pasar ini buka hampir 24 jam, dengan pasar tradisional buka dari pukul 05.00 hingga 17.00 WIB dan pasar sore hingga pedagang malam beroperasi dari pukul 16.00 hingga 24.00 WIB. Namun, pada hari Legi, pasar ini menjadi sangat hidup dan luas karena banyak pedagang tambahan yang datang berjualan, menjual berbagai barang mulai dari kebutuhan sehari-hari, kain batik, barang dari besi dan tembaga, gerabah, hingga perlengkapan membatik. Selain itu, terdapat juga pasar hewan yang menjual unggas, ikan hias, dan kelinci yang memenuhi area sepanjang jalan Watu Gilang dan Mondorakan, sehingga sering terjadi kemacetan pada hari tersebut.
Tradisi Pasaran Jawa dalam Aktivitas Pasar
Sistem pasaran Jawa terdiri dari lima hari pasaran: Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Di Yogyakarta, pasar-pasar tradisional yang menggunakan sistem ini biasanya mengalami puncak keramaian dan transaksi pada hari pasaran tertentu sesuai namanya. Pasar Legi Kotagede adalah contoh paling jelas, di mana hari Legi menjadi hari pasar yang sangat dinanti oleh masyarakat dan pedagang. Pada hari-hari pasaran lainnya, pasar tetap buka dan beroperasi seperti biasa, namun tidak seramai pada hari pasaran yang sesuai dengan namanya. Tradisi ini tidak hanya mempertahankan nilai budaya, tetapi juga mengatur ritme perdagangan dan sosial masyarakat secara turun-temurun.
Warisan Budaya dan Ekonomi
Pasar Legi Kotagede tidak hanya berfungsi sebagai pusat ekonomi, tetapi juga sebagai warisan budaya yang penting. Bangunan pasar yang masih mempertahankan bentuk tradisionalnya telah ditetapkan sebagai cagar budaya yang wajib dilestarikan. Pasar ini menjadi tempat bertemunya sejarah, budaya, dan ekonomi masyarakat Yogyakarta.
Dengan lebih dari 600 pedagang yang menjual berbagai kebutuhan mulai dari sayuran, buah-buahan, daging, rempah-rempah, hingga kerajinan tangan dan kuliner khas, Pasar Legi Kotagede tetap menjadi pusat aktivitas masyarakat yang hidup dan berkembang sesuai dengan tradisi pasaran Jawa.
Pasar-pasar lain di Yogyakarta juga kadang mengikuti tradisi pasaran Jawa, tetapi Pasar Legi Kotagede adalah yang paling terkenal dan konsisten menjalankan sistem ini sebagai bagian dari identitas dan warisan budaya lokal.