Wayang, Hari Nasional, dan Koleksi

Tanggal 7 November mungkin buat sebagian orang hanyalah tanggal biasa. Tapi bagi dunia kebudayaan Indonesia, tanggal ini punya arti spesial: Hari Wayang Nasional. Iya, kita punya hari khusus untuk merayakan wayang—seni pertunjukan yang sudah jadi ikon, filosofi hidup, sekaligus tontonan yang entah gimana selalu berhasil bikin orang Indonesia (minimal generasi tua kita) duduk manis berjam-jam di depan kelir.

Wayang ini bukan cuma soal dalang, gamelan, atau semalam suntuk di balai desa. Lebih dari itu, ia adalah semacam "ensiklopedia hidup" yang memuat kisah, nilai, bahkan sindiran sosial. Jadi wajar kalau UNESCO juga sudah lebih dulu mengakui wayang sebagai warisan budaya dunia. Kita cuma perlu lebih sering menengoknya, supaya enggak kalah akrab sama tontonan Netflix.

Nah, kalau kebetulan kamu sedang di Jogja dan kepengin benar-benar belajar tentang wayang (bukan sekadar dengar nama Gatotkaca di film superhero lokal), tempat paling pas buat nyemplung adalah Museum Sonobudoyo. Di sinilah koleksi wayang Nusantara disimpan dengan rapi, lengkap, dan—ini penting—bisa dinikmati siapa saja.

Koleksi Wayang di Museum Sonobudoyo

  • Wayang Kulit: Tokoh-tokohnya terbuat dari kulit yang dipahat detail, dengan cerita dari Mahabharata dan Ramayana.

  • Wayang Golek: Boneka kayu tiga dimensi; di Sonobudoyo ada Wayang Golek Menak khas Yogyakarta dan Wayang Golek Purwa dari Pasundan.

  • Wayang Klithik: Campuran kayu dan kulit, biasanya mengangkat kisah Pandawa Lima dengan bentuk unik.

  • Wayang Gedhog Solo: Wayang tradisional khas Solo dengan gaya dan cerita berbeda dari wayang kulit biasa.

  • Wayang Sadat: Koleksi unik dengan gaya pementasan berbeda, bagian dari khazanah budaya lokal.

  • Wayang Wahyu: Bercerita dari kisah Alkitab, memberi perspektif baru dalam dunia pewayangan.

  • Wayang Kancil: Tokoh hewan dengan cerita moral dan guyonan yang ringan.

  • Wayang Golek Menak: Mengangkat kisah Menak yang penuh kepahlawanan.

  • Wacinwa (Wayang Cina-Jawa): Perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa, unik dalam bentuk maupun ceritanya.

  • Wayang Dupara: Salah satu jenis wayang langka yang ikut memperkaya koleksi.

Yang bikin menarik, koleksi ini enggak hanya dipajang sebagai benda mati. Beberapa wayang bahkan disimpan khusus karena nilai historisnya tinggi, dan hanya dikeluarkan di momen tertentu. Jadi, di sini wayang benar-benar diperlakukan sebagai warisan hidup, bukan sekadar dekorasi museum.

Museum Sonobudoyo juga memanjakan pengunjung dengan ruang pamer lengkap dan panel deskriptif. Jadi kita bisa belajar siapa itu Werkudara, apa bedanya wayang klithik dengan golek, sampai bagaimana wayang bisa jadi medium kritik sosial.

Jadi, kalau Hari Wayang Nasional bikin kita sekadar ingat bahwa wayang itu penting, Sonobudoyo adalah tempat buat benar-benar ngerti kenapa ia penting. Karena di sana, wayang enggak sekadar dipamerkan, tapi juga dihidupkan kembali sebagai bagian dari identitas kita.

Komentar

Artikel Terkait

Lebih Banyak